(Kampuas, Fakultas Syari’ah.ac.id) - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang menyelenggarakan Studium General, atau yang kerap disebut dengan kuliah umum (06/09/11). Kuliah umum merupakan kuliah pembuka yang diadakan oleh pihak akademik institut. Acara ini merupakan acara rutinitas sebelum dimulai aktif perkuliahan dimana diawali dengan stadium general.
Ini bertujuan agar mahasiswa dalam perkuliahan dipenuhi dengan semangat menuntut ilmu pengetahuan. Kuliah umum ini dilaksanakan di Auditorium II yang bertempat di kampus III, dimana tempatnya yang lumayan tergolong luas. Acara itu telah dimulai tepat jam 09.00 WIB. Kuliah umum ini dibuka langsung oleh sambutan rektor IAIN Prof. Dr. Muhibbin, M,Ag yang belum lama ini dilantik beberapa bulan yang lalu. Sembari dia juga memberikan beberapa patah kata tentang tri etika perkuliahan dan nasehat terhadap mahasiswa.
Kuliah umum ini menganggkat tema “kesamaan teori feminisme dengan al-Qur’an tentang anti kekerasan (analisis wilayah dan punishment kekerasan terhadap perempuan)” kuliah umum ini dinarasumberi oleh Dr. Hj. Yuyun Affandi, Lc. M.A. dosen Fakultas Dakwah. Dr. Hj. Yuyun Affandi, Lc. M.A. ini merupakan alumnus Umm al-Qura dan King Abdul Aziz Universitas Makkah.
Pembicara tunggal ini menyampaikan bahwa segeralah masyarakat ini sadar akan perempuan. Posisi perempuan di ranah publik jangan sampai selalu terdiskreditkan. Dalam makalahnya ia menyampaikan bahwa kondisi masyarakat ini mencemaskan jika dibiarkan berlarut-larut seperti ini karena selalu ada usaha untuk menindas perempuan.
Ia dalam kesempatan yang baik itu juga sekaligus menyeru agar “apa pun alirannya, segeralah bangkit untuk menolong buruh-buruh perempuan yang ditindas oleh majikannya. Istri-istri yang dianiaya oleh suaminya, ibu-ibu yang secara tidak langsung direndahkan oleh anak-anaknya dan juga para perempuan umum yang dijadikan komoditas di pasaran bebas masyarakat industri” ujar pembicara kuliah umum itu.
Karena hal inilah kasus-kasus yang memang kerap kali terjadi di masyarakat. Dari perkuliahan ini diharapkan para mahasiswa sebagai tulang punggung perubahan di masyarakat bisa membawa perubahan paradigma terhadap perempuan. Bukan sebaliknya mahasiswa yang disadarkan oleh realita masyarakat.
Penyamapaian materi ini memakan waktu dua jam lamanya tanpa ada waktu untuk tanya jawab. Acara kurang lebih dihadiri oleh 1500 mahasiswa sehingga kursi yang tersedia di aula terisi penuh. Kondisi tempat nampaknya kurang jika dibandingkan dengan peserta yang sangat banyak, sehingga banyak peserta yang harus berdiri di belakang.
Penyamapaian materi ini memakan waktu dua jam lamanya tanpa ada waktu untuk tanya jawab. Acara kurang lebih dihadiri oleh 1500 mahasiswa sehingga kursi yang tersedia di aula terisi penuh. Kondisi tempat nampaknya kurang jika dibandingkan dengan peserta yang sangat banyak, sehingga banyak peserta yang harus berdiri di belakang.
“Hal seperti ini selalu terjadi setiap acara kuliah umum, akan tetapi untuk sekarang lumayan dari pada tahun sebelumnya”, Ujar Zajuli mahasiswa Fakultas Syari’ah yang waktu itu juga salah satu peserta kuliah umum. Selesai kuliah umum auditorium sempat keramaian dengan berebut sertifikat. Sehingga panitia hampir hampir kewalahan dengan mahasiswa yang sangat banyak dan desak-desakan untuk berebut sertifikat.